I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hidroponik
adalah suatu cara pembudidayaan tanaman tanpa menggunakan tanah sebagai media
pertumbuhan. Jadi media tanah diganti dengan arang sekam/pasir. Karena media
yang digunakan bukan tanah, nutrisi yang diperlukan tanaman berbentuk larutan.
Tidak seperti media tanah yang memiliki unsur hara yang berupa zat-zat penting
bagi tumbuhan. Hidroponik memiliki keunggulan yaitu tidak memerlukan lahan yang
luas. Jadi tidak perlu berkeliling ladang yang luas untuk perawatan dan panen.
Hidroponik merupakan salah satu alternatif bagi petani yang tidak memiliki
lahan yang cukup untuk becocok tanam ( Ekawati, 2005 ).
Pada dasarnya semua tanaman bisa dihidroponikkan. Tapi pada akhir-akhir ini tanaman yang paling banyak dihidroponikkan adalah tanaman buah dan sayur karena dilihat dari segi ekonomis, tanaman buah dan sayur dapat menghasilkan keuntungan yang lumayan. Selain itu, kualitas dan kuantitas produksi / hasil panen lebih tinggi dibanding dengan media tanah.
Pada prinsipnya tempat yang digunakna untuk budidaya hidroponik adalah dimana saja. Bahkan kita bisa membuat tanaman hidroponik di taman rumah kita. Karena hidroponik tidak memerlukan tempat yang luas. Dan juga kita dapat memantau perkembangan dan pertumbuhan tanaman. Dan kita juga tak perlu khawatir hasil panen hilang. Karena kita dapat menjaga dan memantau tanaman hidrponik dari rumah.
Pada dasarnya semua tanaman bisa dihidroponikkan. Tapi pada akhir-akhir ini tanaman yang paling banyak dihidroponikkan adalah tanaman buah dan sayur karena dilihat dari segi ekonomis, tanaman buah dan sayur dapat menghasilkan keuntungan yang lumayan. Selain itu, kualitas dan kuantitas produksi / hasil panen lebih tinggi dibanding dengan media tanah.
Pada prinsipnya tempat yang digunakna untuk budidaya hidroponik adalah dimana saja. Bahkan kita bisa membuat tanaman hidroponik di taman rumah kita. Karena hidroponik tidak memerlukan tempat yang luas. Dan juga kita dapat memantau perkembangan dan pertumbuhan tanaman. Dan kita juga tak perlu khawatir hasil panen hilang. Karena kita dapat menjaga dan memantau tanaman hidrponik dari rumah.
Sejarah
Dan Perkembangan HidroponikPerkembangan hidroponik sampai saat ini telah
berkembang pesat sejak pertama kali hidroponik ditemukan. Sejarah
perkembangannya adalah :
Pada tahun 1600-an diketahui tanaman yang diairi dengan air berlumpur tumbuh lebih bagus dibanding air bening (tanaman menyerap sesuatu dari air berlumpur yang diduga adalah nutrisi tanaman. Pada tahun1860 Sach dan pada tahun 1861 Knop memperkenalkan susunan hara untuk tanaman yang sekarang dikenal dengan nutrikultur.Tahun 1925 Gericke, Universitas California memperkenalkan hidroponik di luar Laboratorium yaitu untuk tentara Amerika di samudra Pasifik (di pasir pantai dan diatas kapal perang induk). Tahun 1970-an hidroponik mulai diterapkan untuk praktikum di UGM. Tahun 1980 hidroponik mulai dikembangkan secara komersial di Indonesia.(http://teknologi.kompasiana.com. 2014).
Pada tahun 1600-an diketahui tanaman yang diairi dengan air berlumpur tumbuh lebih bagus dibanding air bening (tanaman menyerap sesuatu dari air berlumpur yang diduga adalah nutrisi tanaman. Pada tahun1860 Sach dan pada tahun 1861 Knop memperkenalkan susunan hara untuk tanaman yang sekarang dikenal dengan nutrikultur.Tahun 1925 Gericke, Universitas California memperkenalkan hidroponik di luar Laboratorium yaitu untuk tentara Amerika di samudra Pasifik (di pasir pantai dan diatas kapal perang induk). Tahun 1970-an hidroponik mulai diterapkan untuk praktikum di UGM. Tahun 1980 hidroponik mulai dikembangkan secara komersial di Indonesia.(http://teknologi.kompasiana.com. 2014).
Hidroponik
muncul sebagai alternatif pertanian lahan terbatas. Dengan sistem ini
memungkinkan sayuran ditanam di daerah yang kurang subur/daerah sempit yang
padat penduduknya. Pengembangan hidroponik di Indonesia mempunyai prospek yang
cerah,baik untuk mengisi kebutuhan dalam negeri maupun merebut peluang ekspor.
Penerapan hidroponik secara komersial di Indonesia dimulai tahun 1980 di
Jakarta untuk memproduksi sayuran dan buah bernilai ekonomi tinggi ( Ekawati,
2005).
Banyak petani di Indonesia menggunakan sistem Hidroponik. Karena bercocok tanam dengan sistem hidroponik memiliki banyak keuntungan. Salah satunya adalah kualitas tanaman yang baik. Dengan meningkatnya kualitas tanaman, maka secara otomatis mendongkrak harga tanaman dipasaran. Karena itu kebanyakan tanaman yang dikembangkan dengan sistem hidroponik adalah tanaman yang memiliki nilai ekonomi (http://metode-hidroponik.html, 2014).
Tanaman
yang dibudidayakan dengan hidroponik juga lebih mudah terhindar dari erosi dan
kekeringan. Dengan perawatan intensif, satu tanaman pada sistem hidroponik
dapat menghasilkan lebih banyak dari pada ditanam konvensional. Panen dengan
cara hidroponik juga terbilang lebih cepat dibandingkan dengan cara
konvensional, karena para petani tidak perlu waktu terlalu lama untuk menunggu
masa tanam atau masa panen (http://nuansa-persada-online.index..php.html,2014).
Dengan diterapkannya hidroponik di Indonesia diharapkan mampu mengatasi kekurangan lahan dan hasil produksi pangan. Atas Sehingga keterbatasan lahan produktif saat ini tidak lagi menjadi kendala dalam mengusahakan pertanian indoor maupun outdoor. Meskipun sistem hidroponik bukanlah teknologi baru lagi bagi kita, namun justru kini telah menjadi trend ketika media tanah yang produktif semakin berkurang. Selain tidak memakan tempat yang luas, sistem ini juga mudah perawatannya serta lebih menguntungkan (http://yoyos1.wordpress.com. 2014).
Dengan diterapkannya hidroponik di Indonesia diharapkan mampu mengatasi kekurangan lahan dan hasil produksi pangan. Atas Sehingga keterbatasan lahan produktif saat ini tidak lagi menjadi kendala dalam mengusahakan pertanian indoor maupun outdoor. Meskipun sistem hidroponik bukanlah teknologi baru lagi bagi kita, namun justru kini telah menjadi trend ketika media tanah yang produktif semakin berkurang. Selain tidak memakan tempat yang luas, sistem ini juga mudah perawatannya serta lebih menguntungkan (http://yoyos1.wordpress.com. 2014).
Macam-Macam
Metode HidroponikMenurut Steiner (1977), hidroponik dapat dipilahkan menjadi
berbagai ragam menurut sistem dan metode budidayanya. Semua ragam hidroponik
yang khusus diterapkan pada penanaman tanaman hias di rumah dan kantor diberi
istilah khusus hidrokultur. Klasifikasi hidroponik adalah sebagai berikut :
1. Kultur air
Akar tanaman dicelupkan dalam larutan hara dengan susunan berimbang secara sinambung atau berkala.
2.Aeroponik
Akar tanaman berada dalam udara yang secara sinambung atau berkala dijenuhkan dengan kabut larutan hara (aerosol hara). Menurut Tan (1994), aeroponik diadakan untuk menghemat penggunaan air dan hara.
3. Kultur pasir
Akar tanaman ditumbuhkan dalam substrat padat anorganik yang sarang atau tidak sarang, terbentuk dari zarah-zarah tegar (non-collapsing) berdialmeter kurang daripada 3 mm (pasir, perlit, plastik, atau bahan anorganik yang lain).
4. Kultur krikil
Seperti kultur pasir, hanya saja zarah-zarahnya lebih besar dengan diameter di atas 3 mm.
5. Vermikulaponik
Akar tanaman ditumbuhkan dalam substrat dari mineral lempung vermikulit dengan atas tanpa dicampur dengan bahan anorganik lain.
6.Kultur rock wool
Untuk substrat perakaran digunakan rock wool atau glass wool. Rock wool adalah bahan yang bertampakan seperti wol berupa anyaman serat-serat halus, yang dibuat dari terak tanur (furnace slag) atau batuan tertentu dengan ledakan kuat selagi bahan-bahan tersebut berada dalam keadaan lelehan (American Geological Institute, 1976).
Alasan Penerapan Teknik Hidroponik
Hidroponik muncul sebagai alternatif pertanian lahan terbatas. Dengan sistem ini memungkinkan sayuran ditanam di daerah yang kurang subur/daerah sempit yang padat penduduknya. Alasan penerapan teknik hidroponik yang utama adalah karena terbatasnya lahan pertanian yang produktif untuk memenuhi kebutuhan manusia yang semakin banyak tiap tahunnya, sehingga dibutuhkan suatu terobosan baru untuk memecahkan masalah tersebut .
1. Kultur air
Akar tanaman dicelupkan dalam larutan hara dengan susunan berimbang secara sinambung atau berkala.
2.Aeroponik
Akar tanaman berada dalam udara yang secara sinambung atau berkala dijenuhkan dengan kabut larutan hara (aerosol hara). Menurut Tan (1994), aeroponik diadakan untuk menghemat penggunaan air dan hara.
3. Kultur pasir
Akar tanaman ditumbuhkan dalam substrat padat anorganik yang sarang atau tidak sarang, terbentuk dari zarah-zarah tegar (non-collapsing) berdialmeter kurang daripada 3 mm (pasir, perlit, plastik, atau bahan anorganik yang lain).
4. Kultur krikil
Seperti kultur pasir, hanya saja zarah-zarahnya lebih besar dengan diameter di atas 3 mm.
5. Vermikulaponik
Akar tanaman ditumbuhkan dalam substrat dari mineral lempung vermikulit dengan atas tanpa dicampur dengan bahan anorganik lain.
6.Kultur rock wool
Untuk substrat perakaran digunakan rock wool atau glass wool. Rock wool adalah bahan yang bertampakan seperti wol berupa anyaman serat-serat halus, yang dibuat dari terak tanur (furnace slag) atau batuan tertentu dengan ledakan kuat selagi bahan-bahan tersebut berada dalam keadaan lelehan (American Geological Institute, 1976).
Alasan Penerapan Teknik Hidroponik
Hidroponik muncul sebagai alternatif pertanian lahan terbatas. Dengan sistem ini memungkinkan sayuran ditanam di daerah yang kurang subur/daerah sempit yang padat penduduknya. Alasan penerapan teknik hidroponik yang utama adalah karena terbatasnya lahan pertanian yang produktif untuk memenuhi kebutuhan manusia yang semakin banyak tiap tahunnya, sehingga dibutuhkan suatu terobosan baru untuk memecahkan masalah tersebut .
Hidroponik dapat diusahakan sepanjang tahun tanpa
mengenal musim. Oleh karena itu, harga jual hasil panennya tidak khawatir akan
jatuh. Pemeliharaan tanaman hidroponik pun lebih mudah karena tempat
budidayanya relative bersih, media tanamnya steril, dan tanaman terlindung dari
terpaan hujan. Serangan hama dan penyakit relative kecil. Tanaman lebih sehat,
lebih vigor, dan produktivitas tinggi (Hartus, 2002).
Hidroponik ini mempunyai beberapa kelebihan berbanding dengan sistem penanaman biasa yang menggunakan tanah seperti berikut:
1. Sistem ini boleh dipraktikkan pada kawasan yang tidak sesuai untuk penanaman secara biasa seperti tanah bertoksik, padang pasir dan lain-lain;
2. Sayur-sayuran akan cepat tumbuh dan mengeluarkan hasil yang berkualiti tinggi;
3. Bersih dan bebas daripada sebarang racun makhluk perosak;
4. Tidak perlu merumpai, menyiram dan mencangkul;
5. Penggunaan air dan baja yang terkawal dan efisien;
6. Pulangan hasil seunit kawasan bagi seunit masa adalah tinggi.
Jenis-Jenis Tanaman Yang Sesuai Untuk Teknik Hidroponik
Semua tanaman pada dasarnya dapat ditanam dengan metode hidroponik. Namun , kebanyakan tanaman yang ditananm dengan metode hidroponik adalah tanaman yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Hal ini dikarenakan metode bercocok tanam hidroponik memerlukan biaya yang tidak sedikkit. Karena itu bisanya hasilnya dijual di supermarket atau pasar-pasar modern. Jika dijual di pasar-pasar tradisional maka harga jualnya akan turun.
Hidroponik ini mempunyai beberapa kelebihan berbanding dengan sistem penanaman biasa yang menggunakan tanah seperti berikut:
1. Sistem ini boleh dipraktikkan pada kawasan yang tidak sesuai untuk penanaman secara biasa seperti tanah bertoksik, padang pasir dan lain-lain;
2. Sayur-sayuran akan cepat tumbuh dan mengeluarkan hasil yang berkualiti tinggi;
3. Bersih dan bebas daripada sebarang racun makhluk perosak;
4. Tidak perlu merumpai, menyiram dan mencangkul;
5. Penggunaan air dan baja yang terkawal dan efisien;
6. Pulangan hasil seunit kawasan bagi seunit masa adalah tinggi.
Jenis-Jenis Tanaman Yang Sesuai Untuk Teknik Hidroponik
Semua tanaman pada dasarnya dapat ditanam dengan metode hidroponik. Namun , kebanyakan tanaman yang ditananm dengan metode hidroponik adalah tanaman yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Hal ini dikarenakan metode bercocok tanam hidroponik memerlukan biaya yang tidak sedikkit. Karena itu bisanya hasilnya dijual di supermarket atau pasar-pasar modern. Jika dijual di pasar-pasar tradisional maka harga jualnya akan turun.
Tanaman
yang biasa ditanam dengan metode hidroponik adalah tanaman holtikultura,
contohnya sayur-sayuran seperti selada, sawi, tomat, pakchoi, wortel,
asparagus, brokoli, cabai, seledri, bawang merah, bawang putih, bawang daun,
terong atau buah-buahan seperti strawbery, melon, tomat, mentimun, semangka,
paprika. Selain itu juga tanaman hias seperti krisan, gerberra, anggrek,
kaladium, kaktus dan tanaman obat-obatan juga dapat menggunakan metode
hidroponik.
B. .Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini
yaitu sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui tata
cara dalam hidroponik
2.
Untuk mengetahui tata
cara dalam pembeihan dalam hidroponik
3.
Untuk mengetahui tata
cara dalam penanaman dalam hidroponik
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Nutrient
film technique (NFT) merupakan salah satu tipe spesial dalam hidroponik yang
dikembangkan pertama kali oleh Di Inggris pada akhir tahun 1960-an dan
berkembang pada awal 1970-an secara komersial. Konsep dasar NFT ini adalah
suatu metode budidaya tanaman dengan akar tanaman tumbuh pada lapisan nutrisi
yang dangkal dan tersirkulasi sehingga tanaman dapat memperoleh cukup air,
nutrisi dan oksigen. (Dr. A.J Cooper di Glasshouse Crops Research Institute,
Littlehampton, Inggris 1960)
Tanaman
tumbuh dalam lapisan polyethylene dengan akar tanaman terendam dalam air yang
berisi larutan nutrisi yang disirkulasikan secara terus menerus dengan pompa.
Daerah perakaran dalam larutan nutrisi dapat berkembang dan tumbuh dalam
larutan nutrisi yang dangkal sehingga bagian atas akar tanaman berada di
permukaan antara larutan nutrisi dan styrofoam, adanya bagian akar dalam udara
ini memungkinkan oksigen masih bisa terpenuhi dan mencukupi untuk pertumbuhan
secara normal.
Beberapa
keuntungan pemakaian NFT antara lain : dapat memudahkan pengendalian daerah
perakaran tanaman, kebutuhan air dapat terpenuhi dengan baik dan mudah,
keseragaman nutrisi dan tingkat konsentrasi larutan nutrisi yang dibutuhkan
oleh tanaman dapat disesuaikan dengan umur dan jenis tanaman, tanaman dapat
diusahakan beberapa kali dengan periode tanam yang pendek, sangat baik untuk
pelaksanaan penelitian dan eksperimen dengan variabel yang dapat terkontrol dan
memungkinkan untuk meningkatkan produktivitas tanaman dengan high planting
density.
Namun NFT mempunyai beberapa kelemahan seperti
investasi dan biaya perawatan yang mahal, sangat tergantung terhadap energi
listrik dan penyakit yang menjangkiti tanaman akan dengan cepat menular ke
tanaman lain.
Pada
sistem NFT, kebutuhan dasar yang harus terpenuhi adalah : Bed (talang), tangki
penampung dan pompa. Bed NFT di beberapa negara maju sudah diproduksi secara
massal dan disediakan oleh beberapa perusahaan supplier greenhouse dan
pertanian, di Jepang terbuat dari styrofoam, namun di Indonesia belum
diproduksi sehingga banyak petani Indonesia memakai talang rumah tangga(lebar
13-17 cm dan panjang 4 meter).
Tangki penampung dapat memanfaatkan tempat
atau tandon air. Pompa berfungsi untuk mengalirkan larutan nutrisi dari tangki
penampung ke bed NFT dengan bantuan jaringan atau selang distribusi. Beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam NFT adalah : kemiringan talang (1-5%) untuk
pengaliran larutan nutrisi, kecepatan aliran masuk tidak boleh terlalu cepat
(dapat diatur oleh pembukaan kran berkisar 0.3-0.75 L/menit) dan lebar talang
yang memadai untuk menghindari terbendungnya larutan nutrisi.
NFT merupakan alat hidroponik sederhana yang
bekerja mengalirkan air, oksigen dan nutrisi secara terus-menerus dengan
ketebalan arus sekitar 2-3 mm. Tanaman disangga dengan sedemikian rupa sehingga
akar tanaman menyentuh nutrisi yang diberikan.
Alat dibuat miring dengan salah
satu sisi lebih tinggi dari sisi lainnya yaitu sebesar 5% dari panjang alat
agar arus dapat mengalir dengan lancar.Air dan nutrisi yang diberikan tidak
akan terbuang percuma karena aliran airnya akan masuk ke bak penampung yang ada
dibawahnya setelah itu dipompa kembali ke atas dan dialirkan lagi ke akar
tanaman.( Tim Karya Tani Mandiri, 2010)
Adapun keuntungan dan kelemahan
tipe NFT sebagai berikut:
Beberapa
keuntungan pemakain NFT, antara lain:
1.Dapat memudahkan pengendalian
daerah perakaran tanaman
2.Kebutuhan air dapat terpenuhi
dengan baik dan mudah
3.Keseragaman nutrisi dan tingkat
konsentrasi larutan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman dapat disesuaikan
dengan umur dan jenis tanaman
4.Tanaman dapat diusahakan beberapa
kali dengan periode tanam yang pendek
Kelemahan tipe NFT adalah:
1.Investasi dan biaya perawatan
yang mahal
2.Sangat tergantung terhadap energi
listrik
3.Penyakit tanaman akan dengan
cepat menular ke tanaman lain
Pemberian
nutrisi pada sistem pertanian hidroponik NFTberbeda dengan
pemberian nutrisipada sistem
pertanian biasa.Pada sistem hidroponik NFT,
makanan yang berupa
campurangaram-garam pupuk dilarutkan dan diberikan
secara teratur,sedangkan bercocok
tanam di tanah, pemberian pupuk Untuktanaman hanya sekedar tambahan karena
tanah sendiri Adadasarnya secara alami telah mengandung garam-garam pupuk.Pada
hidroponik NFT, media tanam tidak berfungsi sebagai tanah.Media tanam hanya
berguna sebagai penopang akar tanaman sertameneruskan air larutan mineral yang
berlebihan sehingga Harusporus dan steril(Untung, 2000).
Sistem
FertigasiPada teknik NFT, tanaman di tegakkan di talang berbentuk segi empat
yang biasa digunakan untuk talang rumah. Supaya tanaman dapat berdiri tegak, di
dalam talang harus dipasangi Styrofoamdengan ketebalan 1 cm, lebar dasar talang
10 cm, dan panjang 1 m. Styrofoamtersebut dilubangi dengan diameter 1,5 cm.
jarak antar lubang 15-20 cm untuk sayuran daun dan 30-40 cm untuksayuran buah
.Sistem fertigasi sangat sesuai bagi tanaman sayur berbuah saperti tomat,timun
jepun,cili merah,terung,melon,cili sayur strawberi dan jugapokok hiasan.Umumnya
tanaman ini untukkebanyakan tanaman bernilai tinggi dipasaran.( Karsono, dkk
2002)
Tanaman Sistem
fertigasi bertujuan untukmengelakkan tanaman daripada serangan penyakit akar yangdisebabkan oleh
serangga kulatsaperti pythium, fusarium,rhizotondan juga penyakit layu
bacteriayang berpunca daripada tanah (Anonim, 2010).
Sistem
fertigasi ialah satu kaedah pemberian larutan baja kepada zon akar yang diperlukan oleh pokok secara berkesan,
tanpa pembaziran dan pencemaran alam
sekitar.Sistem fertigasi sangat sesuai bagi tanaman sayur berbuah seperti
tomat, timun jepun, cili merah, terung, melon, cili, sayur, strawberi dan pokok hiasan. Umumnya, tanaman ini untuk kebanyakan
tanaman bernilai tinggi di pasaran. Sistem fertigasi bertujuan untuk
mengelakkan tanaman daripada serangan penyakit akar yang disebabkan oleh
serangga ulat seperti pythium, fusarium, rhizotondan penyakit layu(Anonim,
2010).
Teknologi
fertigasi merupakan teknologi baru dalam budidaya sayuran
yang bernilai tinggi seperti tomat,
cabai, semangka dan melon. Fertigasi merupakan singkatan dari
fertilizer(pemupukan) dan irrigation(pengairan).
Pemupukan adalah
pemberian bahan yang dimaksudkan untukmenambah hara tanaman pada tanah. Sedangkan
irigasi adalah pemberian air pada tanah untuk keperluan penyediaan cairan yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan tanam-tanaman. Jadi, fertigasi merupakan suatu
sistem pemupukan dan pengairan yang diberikan secara bersamaan.
Pada sistem NFT,
sebagian akar tanaman terendam dalam air yang mengandung nutrisi dan sebagian
lagi berada di atas permukaan air. Air bersikulasi selama 24 jam terus-menerus.
Lapisan air sangat tipis, sekitar 3 mm sehinggaseperti film. Tanaman diletakkan
dalam talang berbentuk segi empat.talang disusun miring dengan sudut kemiringan
1-5% sehingga larutan nutrisi mengalir dari bagian atas ke bawah mengikuti gaya
gravitasi (Untung, 2000).
Pengontrolan
air dapat dilakukan dengan mudah dengan menggunakan aksi kontrol on-off (seperti
yang diterapkan dalam gambar 3 untuk sistem NFT). Untuk pengontrolan larutan
nutrisi diperlukan sensor-sensor yang akan membaca kandungan larutan nutrisi
(sensor ion), sensor pH, sensor suhu dan sensor oksigen (DO sensor). Sebagai
contoh yang dilakukan oleh beberapa peneliti dalam mengontrol komposisi larutan
nutrisi baik dengan pendekatan matematik maupun simulasi ataupun penerapan
dalam sistem NFT.
Untuk
pengontrolan konsentrasi larutan nutrisi secara otomatis diperlukan :
dispensing technology; tangki pencampur dan pompa pengukur; sensor untuk
mengukur konsentrasi larutan nutrisi (per ion nutrisi atau menggunakan ISFET (ion
selective field effect transistor), EC dan pH; software computer untuk
mengukur, mengontrol dan komunikasi termasuk model dan algoritma untuk
menentukan set point dan kebutuhan air dan nutrisi.
Adanya
kemajuan teknologi sensor, komputer dan elektronika memungkinkan adanya
adaptasi wireless teknologi untuk mengendalikan hidroponik secara lebih
komprehensif, terutama untuk mengendalikan faktor eksternal lingkungan dalam
greenhouse serta pengendalian air dan larutan nutrisi.
Pembudidayaan
A.Persemain
Wadah persemaian yang digunakan berupa
bak plastic yang bagian bawahnya
telah
dilubangi dan dasarnya diberi strimin. Wadah ini diisi denga media hidroponik
yang telah pupuk kandang sedikit. Pupuk kandang berguna untuk penyerapan air.
Pada media dibuat larikan sebagai lubang tanam, dengan jarak sekitar 3x5cm.
Kemudian, benih disebar di dalam larikan tersebut dan ditutupi dengan media lagi
dan disiram air. Untuk menjaga kelembaban, wadah semai ditutup dengan plastic
dan ditempatkan di tempat yang gelap. Apabila benih telah berkecambah, plastic
dibuka dan benih dipindah ke wadah atau pot yang lebih besar.
B.Penanaman
Wadah
yang digunakan berupa pot atau emplas yang berdiameter 15-20cm. Wadah yang
digunakan dibuat lubang 3-4 lubang untuk mengalirkan air yang berlebih. Bagian
dasar diberi strimin agar media lolos keluar pot. Setelah itu, wadah diisi
media hidroponik setinggi 2-3cm dari bibir pot. Lubang tanam di tengah media
dibuat dengan bantuan pensil. Satu wadah hanya 1 bibit. Bibit dicabut secara
hati-hati dan ditanam dalam lubang tanam. Disela-selanya ditutupi media,
selanjutnya penyiraman hingga lembab
C.Perawatan
Perawatan
tanaman yang utama adalah penyiraman air yang dicampur dengan nutrient. Nutrien
yang digunakan berupa pupuk yang mempunyai unsure N tinggi karena sayur ini
dipanen daunnya. Dosis pupuk harus sesuai anjuran. Penyiraman dapat dilakukan
2-3 kali sehari, yang penting media tidak kering.
Sawi (Brassica juncea L.) adalah sekelompok
tanaman dari marga Brassica yang
biasa dimanfaatkan daun atau bunganya sebagai bahan pangan (sayuran), baik
segar maupun diolah. Sawi mencakup beberapa spesies Brassica yang kadang-kadang mirip satu sama lain. Di Indonesia
penyebutan sawi umumnya mengacu pada sawi hijau (Brassica juncea L.) kelompok parachinensis,
yang disebut juga sawi bakso, caisim atau ciosin, disebut juga petsai yang
biasa dibuat sup atau diolah menjadi asinan(Yudharta, 2010).
Morfologi
tanaman sawi hijau yaitu termasuk jenis
tanaman sayuran daun dan tergolong kedalam tanaman semusim (berumur pendek).
Tanaman sawi tumbuh pendek dengan tinggi sekitar 26 -33 cm atau lebih,
tergantung dari varietasnya.
Tanaman sawi
mempunyai daun panjang, halus, tidak berbulu, dan tidak berkrop, serta berakar
serabut yang tumbuh dan berkembang secara menyebar, sehingga perakarannya
sangat dangkal pada kedalaman 5 cm. Perakaran tanaman sawi dapat tumbuh dengan
baik pada tanah yang gembur, subur, mudah menyerap air, dan kedalaman tanah
(solum tanah) cukup dalam(Mandha, 2010).
Kondisi
lingkungan yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman sawidapat memberikan hasil
panen yang tinggi.Sehingga dengan demikian untuk menunjang usaha tani harus
memiliki kondisi lingkungan yang sesuai seperti yang dikehendaki tanaman.Sebab
kecocokan keadaan lingkungan sangat menunjang produktifitastanaman.Hingga
dewasa ini masih banyak dijumpai petani mengalami kegagalan panen atau
memperoleh keuntungan yang rendah karena kurang memperhatikan keadaan
lingkungan dan lokasi penanaman (Yudharta, 2010).
Tanaman sawi
dapat tumbuh baik ditempat yang berhawa panas maupun berhawa dingin.Daerah
penanaman yang cocok mulai dari ketinggian 200 meter sampai dengan 1.200 meter
di atas permukaan laut.Namun biasanya dibudidayakan pada daerah yang mempunyai
ketinggian 100 meter sampai 500 meter diatas permukaan laut.Tanaman sawi tahan
terhadap air hujan, sehingga dapat ditanam sepanjang tahun.Tanaman sawi lebih
cepat tumbuh apabila ditanam pada suasana lembab.Tanah yang cocok untuk
ditanami sawi adalah tanah yang gembur, banyak mengandung humus, subur, serta
drainasenya baik.Derajat kemasaman (pH) tanah yang optimum untuk pertumbuhan
tanaman sawi adalah antara pH 6 sampai pH 7 (Margiyanto, 2010).
Pada budidaya
tanaman khususnya sawi, baik pembibitan maupun penanaman dilahan, media tanam
merupakan salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan.Media tumbuh
dilahan atau tanah adalah tempat tumbuh tanaman diatas permukaan bumi. Didalam
tanah terdapat air, udara, dan berbagai
hara penting untuk proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Air yang berada
dalam tanah sangat penting untuk proses kimia, biologi dan fisika tanah.
Sebagian air tanah terdapat dalam bentuk lapisan tipis yang dinamakan air
kapiler.Air kapiler membentuk lapisan tanah yang berfungsi sebagai unsur hara
pada tumbuhan (Nurwandani, 2008).
Teknik budidaya
tanaman sawi meliputi pemilihan benih, pengolahan tanah, pembibitan, penanaman,
pemeliharaan.Benih merupakan salah satu faktor penentukeberhasilan usaha tani.
Benih sawi yang akan menghasilkan tanaman yang tumbuh dengan baik adalah benih
sawi berbentuk bulat, kecil-kecil, permukaannya mengkilap dan agak keras serta
warna kulit benih cokelat kehitaman. Selain itu, juga harus memperhatikan
kemasan benih. Kemasan yang baik adalah dengan menggunakan alumunium foil
(Mandha, 2010).
III.BAHAN
DAN METODE
A. Tempat dan Waktu
Penelitian ini akan dilaksanakan UPT Agrowisata perkebunan UIR di jalan tropong kubang . Kota
Pekanbaru Penelitian ini akan dilakukan selama 1 bulan. Dimulai dari bulan
oktober 2014 sampai Bulan novemer 2014
B. Bahan dan Alat
Bahan
dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Benih selada merah
.cocopeat,polycap,palong, Talang air,Pompa akuarium, Pipa PVC.
C. Pelaksanaan Penelitian
1. Persiapan Tempat
Penelitian
Sebelum penelitian dilakukan pemilihan lokasi yang
sesuai dengan penanaman, yaitu dekat sumber air.Lokasi kemudian dibersihkan
dari pertumbuhan gulma sehingga diperoleh lahan yang bersih dan datar, sehingga
akan memudahkan dalam kegiatan penyusunan media tanam.
1. Persemaian
Sebelum dilaksanakannya penanaman, terlebih dahulu
dilakukan kegiatan penyemaian benih.Penyemaian benih dilakukan pada satu tampan
berukuran 30 cm x 30 cm dengan cara
menabur benih pada kedalaman 1 cm dari permukaan cocopect, selanjutnya diletak
kan didalam ruangan..Hal ini bertujuan untuk menjaga kelembaban disekitar media
penyemaian tersebut.
Benih akan disemai selama 2 minggu sebelum tanam
dengan selalu memperhatikan kebutuhan air disekitar bedengan agar perkembangan
benih berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
2. Pemberian Perlakuan
a.
Pemberian Fly ash
Pemberian fly
ash dilakukan pada saat 2 minggu sebelum tanam bersamaan dengan pengisian
polybag sesuai dengan perlakuan masing-masing. Pemberian fly ash dilakukan
dengan caramencampur fly ash dengan tanah yang telah disiapkan sebelumnya
kemudian diaduk rata untuk selanjutnya dimasukkan kedalam polybag. Adapun dosis
pemberian fly ash adalah F 0 : tanpa pemberian Fly ash, F 1 : pemberian fly ash
0,2 gram/tanaman, F 2 : pemberian fly ash 0,4 gram/tanaman, F 3 : pemberian fly
ash 0,6 gram/tanaman.
b.
Pemberian Bahan Organik
Pemberian bahan organik dilakukan pada saat 2minggu
sebelum tanam bersamaan dengan pengisian polybag sesuai dengan
perlakuan.Pemberian bahan organik dilakukan dengan cara mencampur bahan organik
dengan tanah yang telah disiapkan sebelumnya kemudian diaduk hingga rata untuk
selanjutnya dimasukkan kedalam polybag. Adapun dosis pemberian bahan organik
adalah M 0 : tanpa pemberian bahan organik, M 1 : pemberian bahan organik 20 gram/tanaman,
M2 : pemberian bahan organik 40 gram/tanaman, M3 : pemberian bahan organik 60
gram/tanaman.
3. Penanaman
Penanaman dilakukan pada waktu bibit tanamanselada
merah telah memiliki daun 2-3 helai atau berumur 10 – 14 hari.Bibit tanaman
selada merah dipindahkan secara hati-hati kedalam talang ukuran diameter 4 – 5
cm . Bibit tanaman selada merah yang akan dipindahkan sebelumnya telah
diseleksi guna penyeragaman didalam penanaman.
4. Pemeliharaan
1.
Penyiraman
Penyiraman
dilakukan dengan pengairan lewat talang setiap hari dengan cara yng benar
..apabila pengairannya tidak berjalan maka akan mengakibatkan tanaman akan
layu.Tujuan dari penyiraman agarterpenuhinya kebutuhan air pada tanaman
sehingga tanaman dapat tumbuh normal sesuai dengan yang diharapkan.
2.
Pegendalian hama dan
penyakit
Pengendalian hama dapat dilakukan secara preventif,
5. Panen
Pemenenan
tanaman selada merah dapat dilakukan setelah tanaman berumur 30 hari setelah
tanam.Adapun kriteria panen tanaman selada merah apabila bentuk helaian daun
sudah maksimal dan sebelum bunga selada merah muncul.Pemanenan dilakukan dengan
cara mencabut seluruh bagian tanaman selada merah sampai keakarnya. Pemanenan
dilakukan pada pagi hari atau dalam keadaan cocopeat masih dalam keadaan lembab
sehingga akan mempermudah dalam pencabutan.
D. Parameter Pengamatan
1. Tinggi Tanaman (cm)
Pengukuran tinggi tanaman dilakukan satu minggu
setelah semua perlakuan diberikan, dengan intervel satu minggu
sekali.Pengukuran dengan menggunakan meteran dimulai dari pangkal tanaman
sampai ke helai daun yang tertinggi.Data yang diperoleh dianalisis secara
statistik dan ditampilkan dalam bentuk tabel.
2. Jumlah Daun (helai)
Untuk pengamatan jumlah heleian daun dihitung secara
keseluruhan pada tanaman sampel mulai 2 minggu setelah penanaman dengan
interval waktu satu minggu sekali sebanyak dua kali pengamatan.Daun yang
dihitung adalah daun yang telah terbentuk atau membuka sempurna pada saat
pengamatan.Data yeng diperoleh dianalisis secara statistik dan ditampilkan
dalam bentuk tabel.
3. Volume akar (Cm3)
Pengamatan volume akar dilakukan dengan cara memotong bagian akar dari tanaman
sawi yang telah diukur dan dibersihkan. Akar tersebut dikeringanginkan terlebih
dahulu kemudian di masukan ke dalam gelas ukur 1000 ml yang berisi air 250 ml,
sehingga didapatkan penambahan volume.Hasil yang didapat selanjutnya
dinalisis secara statistik dan disajikan dalam bentuk tabel.
No
|
Jumlah daun
|
Tinggi tanaman
|
Diameter tanaman
|
Panjang akar
|
||
1
|
6
|
5 cm
|
-
|
-
|
||
2
|
3
|
4 cm
|
-
|
-s
|
||
3
|
6
|
7 cm
|
-
|
-
|
||
4
|
6
|
6 cm
|
-
|
-
|
||
5
|
8
|
12 cm
|
2.5 cm
|
-
|
||
6
|
5
|
8 cm
|
1.5 cm
|
-
|
||
7
|
9
|
19 cm
|
3 cm
|
-
|
||
8
|
8
|
17 cm
|
3 cm
|
-
|
||
9
|
12
|
18 cm
|
4.6 cm
|
60.5
|
||
10
|
6
|
19 cm
|
2.5 cm
|
60.1
|
||
11
|
14
|
27 cm
|
6 cm
|
63
|
||
12
|
14
|
24.5 cm
|
5 cm
|
59
|
||
III.
ANALISIS
STATISTIK
Untuk
mendapatkan hasil dan kesimpulan dalam penelitian ini digunakan analisis
statisti Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang disusun secara faktorial dengan
menggunakan rumus :
Ymfn =
+
Mm + Fp + MmFp + ∑ Empr
Dimana :
Ympn : Hasil pengamatan dari faktor M pada tahap ke-m dan faktor P pada
tahap ke-p dalam ulangan ke-r.
µ :
Rata-rata (nilai tengah)
Mm :
pengaruh taraf M pada taraf ke – m
Fp :
pengaruh taraf P pada taraf ke-p
(MmFp) : pengaruh interaksi antara
M pada taraf ke-m dan faktor P pada taraf ke-p.
∑MmFp : Efek eror dari faktor M
pada taraf ke-m dan faktor P pada taraf ke-p dalam ulangan ke-r.
M :
0,1,2,3 (Taraf Faktor M)
F :
0,1,2,3 (Taraf Faktor F)
N :
1,2,3 (Ulangan).
no
|
minggu 1 jlh daun
|
minggu 2 tinggi tanaman
|
minggu 3 diameter batang
|
minggu 4 panjang akar
|
jlh
|
rata - rata
|
1
|
6
|
5
|
|
|
11
|
44,6
|
2
|
3
|
4
|
|
|
7
|
47,65
|
3
|
6
|
7
|
|
|
13
|
51,72
|
4
|
6
|
6
|
|
|
12
|
56,02
|
5
|
8
|
12
|
2,5
|
|
22,5
|
61,52
|
6
|
5
|
8
|
1,5
|
|
14,5
|
67,1
|
7
|
9
|
19
|
4
|
|
32
|
75,86
|
8
|
8
|
17
|
3
|
|
28
|
84,64
|
9
|
12
|
18
|
4,6
|
60,5
|
95,1
|
98,8
|
10
|
6
|
19
|
2,5
|
60,1
|
87,6
|
100,03
|
11
|
14
|
27
|
6
|
63
|
110
|
106,25
|
12
|
14
|
24,5
|
5
|
59
|
102,5
|
102,5
|
Analisis sidik ragam
FK
=
JKT = (Y010)2 + (y011)2
+ ..... + (y333)2
JKM = (J0...)2
(J1...)2 + (J2...)2 + (J3...)2 - FK
f.r
JKF = (J0...)2+
(J1...)2 + (J2...)2 + (J3...)2 - FK
m.r
JKMF = (J00.)2 +
(J10.)2 + ... + (J33.)2 – FK – JKM -JKF
r
JKE = JKT – FK – JKM –JKF – JKMF
Keterangan :
JKT =
Jumlah kuadrat total
FK =
Faktor koreksi
JKM =
Jumlah kuadrat untuk semua faktor M
JKF =
Jumlah kuadrat untuk semua faktor F
JKMF = Jumlah kuadrat untuk interaksi faktor M dan faktor F
JKE =
Jumlah kuadrat kesalahan (Error)
r = Ulangan
Tabel
3. Daftar Sidik Ragam (ANNOVA)
Sumber Variasi
|
DB
|
JK
|
KT
|
FHitung
|
FTabel
|
FK
M
F
MF
Error
|
1
3
3
9
32
|
JK
JKM
JKF
JKMF
JKE
|
-
JKM/3
JKF/3
JKMF/9
JKE/32
|
-
KTM/KTE
KTF/KTE
KTMF/KTE
-
|
-
-
-
-
-
|
Jumlah
|
48
|
JK> Total
|
-
|
-
|
-
|
Keterangan :
SV =
Sumber Varisasi
DB =
Derajat Bebas
JK =
Jumlah Kuadrat
KT =
Kuadrat Tengah
Jika
analisis ragam menunjukkan FHitung besar dari FTabel 0,5.
Maka dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%.
Prosedur dalam menghitung nilai BNJ
:
1.
Untuk Interaksi MF = RNJ
= q (t. DB Error) x
2.
Untuk Faktor M = RNJ
= q (t. DB Error) x
3.
Untuk Faktor F = RNJ
= q (t. DB Error) x
Keterangan :
t =
Jumlah Perlakuan
r =
Ulangan
q =
Nilai range yang diambil pada kolom t dan baris pada DB Error.
DAFTAR
PUSTAKA
BAPEDAL. 1995.
Limbah B3, kandungan limbah berdampak negatif terhadap pencemaran lingkungan.
Jakarta.
Cahyono, B, 2003. Teknik dan Strategi
Budidaya sawi Hijau.Yogyakarta :
Yayasan Pustaka Nusantara.
Darmono. 1995. Logam Dalam Sistem
Biologi Makhluk Hidup.UI_ Press. Jakarta.
Djaparudin, 1970.Pupukdan Pemupukan,
Fakultas Pertanian Universitas Andalas, Padang.
Fatimah,
S, dkk, 2008. Pengaruh Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan dan
Hasil Tanaman Sambiloto (Andrographis paniculata, Ness).Embriyo.
Ginting,
2007.Sistem pengelolaan lingkungan dan limbah industri, Cetakan pertama.
Bandung.
Haitami, A. 2013. Toleransi Tanaman
Mahkota Dewa (Phaleria macroparpa. L). Pada Tanah Yang Tercemar Fly Ash Limbah
Industri Pulp and Paper PT. Tanjung Enim Lestari Dengan Pemberian Berbagai
Jenis Pupuk Kandang. Proposal tesis Pasca Sarjana UIR.
Haryanto, dkk, 2007.Bertanam Sawi dan selada. Penebar Swadaya. Jakarta.
Maman, S. 1996. Mikroorganisme yang
efektif. Kontak Tani. Sukabumi.
Mandha, 2010.Sawi. http-//Uncategorized-mandha.htm.
Diakses Pada Tanggal 18 April 2014.
Manurung, R.F.H, 2011. Respon
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi (Brassica juncea. L) Terhadap Penggunaan
Pupuk Organik Cair. Skripsi. Universitas
Sumatera Utara.
Margiyanto, 2010. Budidaya Tanaman Sawi.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Musnamar, E.I. 2003.Pupuk Organik Cair
dan Padat, Pembuatan, Aplikasi, Penebar Swadaya, Jakarta.
Nurwandani, P, 2008. Teknik Pembibitan
Tanaman dan Produksi Benih.Jakarta : Depdiknas.
Palar, 1994.Pencemaran dan Teknologi
logam Berat. Rineka Cipta. Jakarta.
Rini,
2005.Penggunaan Dregs (Limbah Bagian Recauticizing Pabrik Pulp) dan FlyAsh (Abu
Sisa Boiler Pembakaran Pabrik Pulp) untuk Meningkatkan Mutu dan Produktivitas
Tanah Gambut. Laporan Penelitian. Lembaga Penelitian Universitas Riau.
Pekanbaru.
Romadhoni
M, Faujan, 2007. Aplikasi Pemberian Amelioran Fly Ash pada lahan Gambut Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman
Jagung (zea mays. L.) Universitas Riau. Pekanbaru.
Sri Purwati,
2007. Potensi penggunaan Abu Boiler Industri Pulp And Paper sebagai bahan
pengkondisi Tanah Gambut pada areal hutan tanaman Industri. 2006. Potensi Penggunaan
Abu Boiler Industri Pulp Dan Kertas terhadap pertumbuhan tanaman Acacia crassicarpa .Berita selulosa.
Jurnal Balai Besar Pulp And Paper. Bandung. Volume 42 (1) hal 8-17.
Subowo, 1999.Status dan Penyebaran Pb,
Cd, dan Pestisida pada Lahan Sawah Intensifikasi di Pinggir Jalan
Raya.Prosiding.Bidang Kimia dan bioteknologi Tanah, Puslittanak, Bogor.
Sunaryo, H, 1990. Kuncibercocok tanam
sayur-sayuran penting di Indonesia. CV. Sinar Baru. Bandung.
Wikipedia, Pencemaran Limbah Pada
Lingkungan. Diakses pada tanggal 19 Mei 2014.
Yudharta, 2010.Tanaman Sawi Http://Tanaman.Sawi.Community
Aji Chrw-95%.html.diakses pada tanggal 20 April 2014.
Lampiran 1. Jadwal
Kegiatan Penelitian
Kegiatan
|
Bulan/tahun 2014
|
|||||||||
|
Oktober
|
November
|
Desember
|
|||||||
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
|
1.
Persiapan
|
X
|
|
|
|
X
|
|
|
|
|
|
2.
Pengisian cocopeat
|
|
X
|
|
|
|
X
|
|
|
|
|
3.
penanaman benih
|
|
|
X
|
|
|
|
|
|
|
|
4.
pemindahan benih
|
|
|
|
X
|
|
|
|
|
|
|
5.
Pemberian Perlakuan
a.
Pemberian fly ash
|
|
|
X
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
X
|
|
|
|
|
6.
Pemeliharaan
|
|
|
|
|
|
X
|
X
|
X
|
|
|
7.
Pengamatan
|
|
|
|
|
|
X
|
X
|
X
|
|
|
8.
Panen
|
|
|
|
|
|
|
|
X
|
|
|
9.
Laporan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
X
|
|
Dokumentasi
Gambar
saat pengisian cocopeat gambar
pembenihan
Gambar
pemberian nutrisi gambar
saat pengukuran
Gambar
saat pengamatan gambar
pakcoy berumur 1 bula
0 komentar:
Posting Komentar