Kamis, 10 Desember 2015

LAPORAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT



I          PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang
            Kelapa sawit (Elaeis guineensis jack) merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang menduduki posisi terpenting di sektor pertanian, hal ini dikarenakankelapa sawit mampu menghasilkan nilai ekonomi terbesar per hektarnya jika dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak atau lemak lainya . Selain itu kelapa sawit juga memiliki banyak manfaat yaitu sebagai bahan bakar alternatif Biodisel, bahan pupuk kompos, bahan dasar industri lainnya seperti industri kosmetik, industri makanan, dan sebagai obat.Prospek pasar bagi olahan kelapa sawit cukup menjanjikan, karena permintaan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup besar, tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri. Oleh sebab itu, sebagai negara tropis yang masih memiliki lahan yang cukup luas, Indonesia berpeluang besar untuk mengembangkan perkebunan kelapa sawit.
Di Indonesia,tanaman kelapa sawit banyak dikebunkan oleh perusahaan-perusahaan besar,baik pemerintah maupun swasta.Bahkan masyarakat pun banyak bertanam kelapa sawit.Hal ini menunjukkan bahwa tanaman kelapa sawit sangat cocok tumbuh di Indonesia. Jika Indonesia ditargetkan untuk menjadi negara penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia,tentunya banyak  orang-orang yang mengelolanya,mulai dari pembibitan dan penanaman.
Kelapa Sawit merupakan komoditas yang penting karena kebutuhan akan minyak goreng dan derivatnya di dalam negeri terus meningkat sejalan dengan meningkatnya standar ekonomi masyarakat. Minyak kelapa sawit merupakan sumber devisa negara yang sangat potensial karena tidak semua negara dapat memproduksinya. Kelapa sawit hanya dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik pada kawasan beriklim tropis seperti di Indonesia dan termasuk daerah Riau merupakan sangat potensial untuk tanaman kelapa sawit.
Dibukanya beberapa areal baru perkebunan kelapa sawit oleh Perusahan Perkebunan Swasta Nasional (PBSN),Perkebunan Negara,dan Perkebunan Rakyat,membawa imflikasi baru, mulai dari persediaan lahan,perbaikan infrastruktur,dampak lingkungan,sehingga penyediaan sumber daya manusia.Perkembangan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang pesat pada tahun 1969.
Pada saat itu luar areal perkebunan kelapa sawit adalah 119.500 ha dengan totak produksi minyak mentah (CPO dan KPO ) 189.000 ton per tahun. Diperkirakan produksi minyak sawit Indonesia akan mencapai 9,9 juta ton pada tahun 2005.
.

             1.2      Tujuan
·         Untuk mengetahui cara budidaya tanaman kelapa sawit dengan baik dan benar.
·         Untuk mengetahui dan memahami syarat tumbuh dari kelapa sawit.
·         Untuk mengetahui pengendalian hama pada kelapa sawit.
·         Untuk mengetahui proses panen kelapa sawit.
·         Untuk mengetahui Syarat tumbuh pada tanaman kelapa sawit.








            II         TINJAUAN PUSTAKA
            Tanaman Kelapa sawit berakar serabut yang terdiri atas akar primer, skunder, tertier dan kuartier. Akar-akar primer pada umumnya tumbuh ke bawah, sedangkan akar skunder, tertier dan kuartier arah tumbuhnya mendatar dan ke bawah. Akar kuartier berfungsi menyerap unsur hara dan air dari dalam tanah. Akar-akar kelapa sawit banyak berkembang di lapisan tanah atas sampai kedalaman sekitar 1 meter dan semakin ke bawah semakin sedikit (Setyamidjaja, 2006).
            Tanaman kelapa sawit umumnya memiliki batang yang tidak bercabang.Pada pertumbuhan awal setelah fase muda (seedling) terjadi pembentukan batang yang melebar tanpa terjadi pemanjangan internodia (ruas). Titik tumbuh batang kelapa sawit terletak di pucuk batang, terbenam di dalam tajuk daun. Di batang terdapat pangkal pelepah-pelepah daun yang melekat kukuh (Sunarko, 2008).    
Pertumbuhan awal daun berikutnya akan membentuk sudut. Daun pupus yang tumbuh keluar masih melekat dengan daun lainnya. Arah  pertumbuhan daun pupus tegak lurus ke atas dan berwarna kuning. Anak daun (leaf let) pada daun normal berjumlah 80-120 lembar (Setyamidjaja, 2006).
            Tanaman kelapa sawit berumur tiga tahun sudah mulai dewasa dan mulai mengeluarkan bunga jantan atau bunga betina. Bunga jantan berbentuk lonjong memanjang, sedangkan bunga betina agak bulat. Tanaman kelapa sawit mengadakan penyerbukan bersilang (cross pollination). Artinya bunga betina dari pohon yang satu dibuahi oleh bunga jantan dari pohon yang lainnya dengan perantaan angin dan atau serangga penyerbuk (Sunarko, 2008).
 Tandan buah tumbuh di ketiak daun. Semakin tua umur kelapa sawit, pertumbuhan daunnya semakin sedikit, sehingga buah terbentuk semakin menurun. Hal ini disebabkan semakin tua umur tanaman, ukuran buah kelapa sawit akan semakin besar. Kadar minyak yang dihasilkannya pun akan semakin tinggi. Berat tandan buah kelapa sawit bervariasi, dari beberapa ons hingga 30 kg (Setyamidjaja, 2006).
a.Syarat Tumbuh tanaman kelapa sawit
            Kelapa sawit termasuk tanaman daerah tropis yang umumnya dapat tumbuh di daerah antara 120º Lintang Utara 120º Lintang Selatan. Curah hujan optimal yang dikehendaki antara 2.000-2.500 mm per tahun dengan pembagian yang merata sepanjang tahun. Lama penyinaran matahari yang optimum antara 5-7 jam per hari dan suhu optimum berkisar 240-380C. Ketinggian di atas permukaan laut yang optimum berkisar 0-500 meter (Setyamidjaja, 2006).
 Di daerah-daerah yang musim kemaraunya tegas dan panjang, pertumbuhan vegetatif kelapa sawit dapat terhambat, yang pada gilirannya akan berdampak negatif pada produksi buah. Suhu berpengaruh pada produksi melalui pengaruhnya terhadap laju reaksi biokimia dan metabolisme dalam tubuh tanaman. Sampai batas tertentu, suhu yang lebih tinggi menyebabkan meningkatnya produksi buah. Suhu 200C disebut sebagai batas minimum bagi pertumbuhan vegetatif dan suhu rata-rata tahunan sebesar 22-230C diperlukan untuk berlangsungnya produksi buah (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005). Kelapa sawit dapat tumbuh baik pada sejumlah besar jenis tanah di wilayah tropika. Persyaratan mengenai jenis tanah tidak terlalu spesifik seperti persyaratan faktor iklim.
            Hal yang perlu ditekankan adalah pentingnya jenis tanah untuk menjamin ketersediaan air dan ketersediaan bahan organik dalam jumlah besar yang berkaitan dengan jaminan ketersediaan air (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005).
Tanah yang sering mengalami genangan air umumnya tidak disukai tanaman kelapa sawit karena akarnya membutuhkan banyak oksigen. Drainase yang jelek bisa menghambat kelancaran penyerapan unsur hara dan proses nitrifikasi akan terganggu, sehingga tanaman akan kekurangan unsur nitrogen (N).Karena itu, drainase tanah yang akan dijadikan lokasi perkebunan kelapa sawit harus baik dan lancar, sehingga ketika musim hujan tidak tergenang (Sunarko, 2008).
Kelapa sawit yang tumbuh tegak lurus dapat mencapai ketinggian 15 – 20 meter. Tanaman berumah satu (monoecious) karena bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon.Bunga kelapa sawit terdiri dari bunga jantan dan bunga betina. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar (Setyamidjaja,.2006).
b.Bagian-bagian morfologi beserta fungsinya
Akar tanaman kelapa sawit mempunyai sistem perakaran serabut. Jika aerasi cukup baik, akar tanaman kelapa sawit dapat menembus kedalaman 8 m di dalam tanah, sedangkan yang tumbuh ke samping dapat mencapai radius 16 m (Sastrosayono, 2003).
Batang tanaman diselimuti bekas pelepah hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun pelepah kelapa sawit yang mengering akan terlepas sehingga menjadi mirip dengan tanaman kelapa. Daun kelapa sawit merupakan daun majemuk yang di bagian pangkal pelepah daun terbentuk dua baris duri yang sangat tajam dan keras di kedua sisinya. Anak-anak daun (foliage leaflet) tersusun berbaris dua sampai ke ujung daun. Buah  kelapa  sawit  terdiri  atas  beberapa  bagian,  yaitu  eksokarp,  perikarp, mesokarp, endokarp, dan kernel. Mesokarp yang masak mengandung 45  – 50 % minyak dan berwarna merah kuning karena mengandung karoten. Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit yang digunakan (Sunarko, 2007).
Menurut Setyamidjaja(2006),untuk menghasilkan bibit yang baik dan berkualitas seperti tersebut di atas, diperlukan pedoman kerja yang dapat menjadi acuan, sekaligus kontrol selama pelaksanaan di lapang.Untuk itu berikut ini disampaikan tahapan pembibitan, mulai dari persiapan, pembibitan awal dan pembibitan utama. 

Supaya areal tersebut dapat ditanami Kelapa sawit maka areal tersebut harus bersih dari vegetasi atau semak belukar yang akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman pokok. Sedangkan untuk memudahkan dalam pengelolaan tanaman Kelapa sawit dibutuhkan suatu perencanaan tata ruang kebun yang direncanakan pada saat pembukaan lahan dan sebelum penanaman Kelapa sawit (Setyamidjaja,2003).
Untuk penanaman bibit pindahan dari dederan dibutuhkan polybag yang lebih besar, berukuran 40 cm x 50 cm atau 45 cm x 60 cm (lay flat),tebal 0,11 mm dan diberi lubang pada bagian bawahnya untuk drainase. Polybag diisi dengan tanah atas yang telah diayak sebanyak 15 – 30 kg per polybag, disesuaikan dengan lamanya bibit yang akan dipelihara (sebelum dipindahkan) di pesemaian bibit (Setyamidjaja, 2006).
Bibit dederan ditanam sedemikian rupa sehingga leher akar berada pada permukaan tanah polybag besar dan tanah sekitar bibit di padatkan agar bibit berdiri tegak. Bibit pada polybag besar kemudian disusun di atas lahan yang telah diratakan, dibersihkan dan diatur dengan hubungan sistem segitiga sama sisi dengan jarak misalnya 100 cm x 100 cm x 100 cm(Setyamidjaja, 2006).
 Penyebab dari penyakit ini yaitu (Rhizoctonia lamellifera) dan(Phythium Sp). Bagian diserang akar. Gejala dapat dilihat dari bibit di persemaian mati mendadak, tanaman dewasa layu dan mati, terjadi pembusukan akar. Pengendalian dengan cara pembuatan persemaian yang baik, pemberian air irigasi di musim kemarau, penggunaan bibit berumur lebih dari 11 bulan (Zaman, 2006).
 Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah Belanda pada tahun 1848, saat itu ada 4 batang bibit kelapa sawit yang dibawa dari Mamitius dan Amsterdam lalu ditanam di kebun Raya Bogor.Pada tahun 1911, kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial. Perintis usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Adrien Hallet (orang Belgia). Bididaya yang dilakukannya diikuti oleh K.Schadt yang menandai lahirnya perkebunan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh. Luas areal perkebunan mencapai 5.123 Ha (Wiharni,1990).
Pada tahun 1919 mengekspor minyak sawit sebesar 576 ton dan pada tahun 1923 mengekspor minyak inti sawit sebesar 850 ton. Pada masa pendudukan Belanda, perkebunan kelapa sawit maju pesat sampai bisa menggeser dominasi ekspor Negara Afrika waktu itu. Memasuki masa pendudukan Jepang, perkembangan kelapa sawit mengalami kemunduran. Lahan perkebunan mengalami penyusutan sebesar 16% dari total luas lahan yang ada sehingga produksi minyak sawitpun di Indonesia hanya mencapai 56.000 ton pada tahun 1948 / 1949, pada hal pada tahun 1940 Indonesia mengekspor 250.000 ton minyak sawit.Pada tahun 1957, setelah Belanda dan Jepang meninggalkan Indonesia, pemerintah mengambil alih perkebunan (dengan alasan politik dan keamanan). Untuk mengamankan jalannya produksi, pemerintah meletakkan perwira militer di setiap jenjang manajemen perkebunan. Pemerintah juga membentuk BUMIL (Buruh Militer) yang merupakan kerja sama antara buruh perkebunan dan militer. Perubahan manajemen dalam perkebunan dan kondisi sosial politik serta keamanan dalam negeri yang tidak kondusif, menyebabkan produksi kelapa sawit menurun dan posisi Indonesia sebagai pemasok minyak sawit dunia terbesar tergeser oleh Malaysia(Wiharni,1990).
Pada masa pemerintahan Orde Baru, pembangunan perkebunan diarahkan dalam rangka menciptakan kesempatan kerja, meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan sektor penghasil devisa Negara. Pemerintah terus mendorong pembukaan lahan baru untuk perkebunan. Sampai pada tahun 1980, luas lahan mencapai 294.560 Ha dengan produksi CPO (Crude Palm Oil) sebesar 721.172 ton. Sejak itu lahan perkebunan kelapa sawit Indonesia berkembang pesat terutama perkebunan rakyat. Hal ini didukung oleh kebijakan Pemerintah yang melaksanakan program Perusahaan Inti Rakyat Perkebunan (PIR-BUN) (Wiharni,1990).
Kelapa sawit berbentuk pohon. Tingginya dapat mencapai 24 meter.Akar serabut tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping. Selain itu juga terdapat beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk mendapatkan tambahan aerasi.Seperti jenis palma lainnya, daunnya tersusun majemuk menyirip. Daun berwarna hijau tua dan pelepah berwarna sedikit lebih muda. Penampilannya agak mirip dengan tanaman salak, hanya saja dengan duri yang tidak terlalu keras dan tajam. Batang tanaman diselimuti bekas pelepah hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun pelapah yang mengering akan terlepas sehingga penampilan menjadi mirip dengan kelapa(Wiharni,2001).
Bunga jantan dan betina terpisah namun berada pada satu pohon (monoecious diclin) dan memiliki waktu pematangan berbeda sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar.Tanaman sawit dengan tipe cangkang pisifera bersifat female steril sehingga sangat jarang menghasilkan tandan buah dan dalam produksi benih unggul digunakan sebagai tetua jantan (Wiharni,2001).









III        BAHAN DAN METODE

3.1       Waktu dan Tempat
Pengamatan ini dilaksanakan di lahan percobaan  Universitas Islam Riau ,jalan Kaharuddin Nasution No.113 Marpoyan kelurahan Simpang Tiga Kecamatan Bukit Raya ,Kota Pekanbaru dan di Perusahaan Nusantara –V kebun Sei Galuh kec.Tapung ,kab.Kampar pada tanggal 20 Mei 2015.
3.2       Pelaksanaan Pratikum
            Pratikum Agronomi Tanaman Perkebunan I dilaksanakan dilahan percobaan universitas islam riau ,untuk menunjang pengetahuan praktikum maka pihak kampus dan dosen memberi kegiatan pratikum tambahan yang dilaksanakan di Perusahaan Nusantara V kebun sei Galuh ,kegiatan ini dilaksanakan lansung kelapangan dimana mengamati proses pengairan limbah dan pengamati TBM (Tanaman Belum Menghasilkan) dan TSM (Tanaman sudah Menghasilkan).
            Kegiatan yang dilakukan ialah untuk mengamati fungsi dari air limbah terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanamann kelapa sawit yang sudah berumur ± 30 tahun.Tanaman kelapa swait khususnya tanaman yang sudah sangat tua sangat efektif untuk pemberian limbah ,karena unsur hara yang terdapat pada limbah sawit tersebut adalah N-P-K sehingga dapat menunjang tanaman tersebut berproduksi 16 ton/ha/bln dengan hanya mengandalkan limbah sawit tersebut tanpa pupuk padat.   




IV        PEMBAHASAN
4.1       Cara dan teknik budidaya tanaman kelapa sawit
ü  Persiapan Benih
Dalam persiapan benih ,benih memiliki 3 jenis benih yang unggul yaitu benih D (dedura),P (psipera) dan T (tenera).Adapun jenis-jenis benih yang dipersiapkan degan baik ialah benih yang sudah memiliki spesifikasi dari hasil riset seperti balai benih unggul.Sedangkan ,yang dilakukan dilahan percobaan universitas islam riau secara konvensional atau berupa pengikisan daging buah yang sudah matang menggunakan pisau katter sehinngga tampak bersih cangkang dari daging buah.Pembenihan ini membutuhkan 3 bulan untuk muncul radukula pada cangkang tersebut.
ü  Pembibitan
Untuk proses pembibitan kelapa sawit yang harus diperhatikan ialah pembukaan lahan,curah hujan dan kelembapan.Dalam pembibitan ini lahan adalah hal yang sangat diperhatikan ,karena waktu proses perawatan seperti penyiraman ,penyiangan dan juga pengangkutan untuk kelapangan lebih mudah.Karena itu juga pembiitan ini didukung dengan polibeg sebagai wadah benih tumbuh hingga 8-12 bulan sebelum kelapangan.Curah hujan sangat penting juga baik perusahaan dan petani yang akan membuka pembibitan yang berkala besar sehingga tanaman dapat terpenuhi khususnya air ,dengan intensitas curah hujan 1.200-3000 mm/tahun.
ü  Cahya Matahari,Suhu dan karakteristik lahan
Dalam proses penanaman kelapangan sawit sangat dibutuhkan penyinaran matahari selama 1- 7 jam/hari.Karena dengan cahaya matahari kelapa sawit cepat mengalami proses perkembangan seperti terjadinya fotosintesis pada tanaman tersebut.Dan juga kelapa sawit membutuhkan suhu antara 28 - 30ºC sepanjang hari karena kelembapan adalah salah satu faktor yang menentukan ,tidak semua diindonesia bisa memproduksi hasil kelapa sawit ini dikarenakan tanaman ini sangat banyak karakteristik yang akan dipenuhi sebelum ditanamn seperti halnya lahan yang baik yang banyak mengandung jenis bahan organik N.P.K.
ü  Persiapan Lahan
Dalam persiapan lahan yang harus diperhatikan ialah topografi pada daerah itu dikarenakan  sewaktu penanaman haruslah antara pancang 1 dengan pancang yang lainnya harus sangat lurus atau menggunakan sistem pagar ,dan juga faktor tanah yang sangat menentukan hidup tidaknya tanaman kelapa sawit ,karena didalam tanah harus sudah memiliki zat-zat renik yang dibutuhkan tanaman kelapa sawit.Sewaktu pembukaan lahan ,lahan harus dapat dijangkau baik untuk penanaman ,perawatan dan pemanenan.Jika dalam pembukaan lahan pertama ,atau lahan tersebut adalah lahan tidur maka hutang dan kayu yang menjulang tinggi harus ditebang agar mempermudah ketika akan penanaman.
ü  Proses penanaman
Sebelum penanaman berlangsung maka yang harus dipersiapkan adalah tiang pancang untuk mengetahui proses jarak tanam ,sehingga saat penanaman tidak ada yang memiliki jarak yang berbeda antara 1 tanaman kelapa sawit dengan sawit yang lainnya.Adapun jarak tanam kelapa sawit ialah 8 x 8 =144 tanaman/ha,untuk jarak 9 x 9 =121 tanaman/ha,dan juga untuk jarak tanaman 10 x 10 =100 tanaman/ha.Jika memang dibutuhkan tanaman kacang-kacangan(mekuna) untuk proses kelembapan makan mekuna akan ditanam terlbih dahulu sebelum proses tanaman kelapa sawit samapai kelpangan.Didalam proses penanaman kelap sawit ini sangat banyak yang harus diperhatikan antara lain ialah:
*      Kelembapan tinggi :Apabila tanah basah atau tergenang air maka yang harus dilakukan ialah ,tetap menanam tanaman kelapa awit dengan catatan harus sedikit tinggi dari daerah yang tergenang dengan cara membuat gundukan seperti kue bolu disekitarnya/disekelilingnya sehingga tanaman tersebut terhindar dari kelemabapan yang sangat tinggi.
*      Irigasi:Didalam menanam kelapa sawit irigasi juga harus diperhatikan karena dengan adanya irigasi maka air akan tertampung ,sehingga ketika hujan datang air tidak cepat masuk kedalam tanah.Jika memang diperlukan tidak salah membuat atau menggunakan parit diantara kelapa sawit.Irigasi ini juga mendukung bagi tanaman dilahan kering atau pun juga dilahan gambut.
*      Pembuatan lobang tanam:Sebelum tanaman kelapa sawit ditanam maka  pembuatan lobang tanam sangat diperhatikan ,seperti sewaktu menanam tanaman kelapa sawit bonggol tanaman kelapa sawit harus sepenuhnya tertanam itu dikarenakan agar tidak terjdinya kemiringan terhadap tanaman tersebut yang akan disebabkan angin kencang.
*      Umur tanam:Tanaman kelapa sawit dapat ditanam antara 8-12 bulan jika kondisi lapangan jauh dari binatang pengerat yang membuat tanaman tersebut rusak atau mati ,tetapi jika dilapangan banyak binatang perusak seperti babi,landak dan gajah maka tanaman kelapa sawit ditanam kelapangan berumur 1,8 – 2 tahun ,karena dengan umur yang sudah sangat tua tanaman sedikit tahan tahan terhadap binatang-binatang pengerat.
ü  Pengendalian Gulma
Didalam proses pengendalian hama baik petani maupun perusahaan harus sangat rutin untuk membersihkan lahan perkebunannya agar produksi tandan kelapa sawit dapat berproduksi dengan baik.Untuk proses pengendalian gulma ini maka ada 3 cara yang harus dilaksanakan yaitu cara manual,kimia dan kultur teknis.Cara manual yaitu membersihkan bagian sekitar tanaman menggunakan cangkul ,parang babat dan sebagainya.Sedangkan dengan kimia menyemprotkan pestisida berupa roundaf ,gromopxon dan lain-lainya agar tanaman itu mati hingga keakarnya dan juga merata.Kalau dengan cara kultur teknis yaitu menggunakan mesin rumput dalam membersihkan lahan kelapa sawit dari gulma.
ü  Pengendalian Hama
Tindakan petani dan perusahaan untuk mengendalikan hama kelapa sawit ialah pembersihan gulma-gulma yang kemungkinan disukai dan bahkan hama akan berkembang pada daerah tersebut sehingga mengganggu produksi kelapa sawit.Pada era sekarang baik petani maupun perusahaan mengendalikan hama dengan pestisida.
ü  Pemupukan
Pemupukan tanaman kelapa sawit dilakukan minimal setahun sekali melihat kondisi lahan pada daerah tersebut ,pemupukan mengikuti kondisi umur tanaman kelapa sawit
ü  Pemanenan
Pada umumnya tanaman kelapa sawit yang tumbuh subur sudah dapat menghasilkan buah serta siap dipanen pertama pada umur sekitar 3,5 tahun jika dihitung mulai dari penanaman biji kecambah di pembibitan. Namun jika dihitung mulai penanaman di lapaangan maka tanaman berbuah dan siap panen pada umur 2,5 tahun. Buah terbentuk setelah terjadi penyerbukan dan pembuahan. Waktu yang diperlukan mulai dari penyerbukan sampai buah matang dan siap panen kurang lebih 5-6 bulan.


DAFTAR PUSTAKA
Sastrosayono, S., 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Setyamidjaja, D. 2006. Budidaya Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta. 62 Hal.

Sunarko,  2008.  Petunjuk  Praktis  Budidaya  dan  Pengolahan  Kelapa  Sawit.Agromedia Pustaka, Jakarta.
                 
Setyamidjaja dan Djoehana. 1991. Budidaya Kelapa sawit. Kanisius. Yogyakarta

Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta. 410

Zaman, F.F.S.B. 2006. Manajemen Pengendalian Hama dan penyakit pada Tanaman Belum Mengahasilkan di Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guinensis Jacq.)
Fauzi, Y., Y. E. Widyastuti, I. Satyawibawa dan R. Hartono. 2004. Kelapa Sawit. Edisi Revisi.
Suwarto dan Octavianty, Y. 2010. Budi Daya 12 Tanaman Perkebunan Unggulan. Jakarta: Penebar Swadaya
Dinas Perkebunan Dati I Provinsi Sulawesi Tenggara. 1992. Budi Daya Kelapa Sawit. Jayapura: Balai Informasi Irian Jaya
Panca wardanu, Adha.2009.Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit.
Pahan. I. 2008. Kelapa sawit: manajemen agribisnis dari hulu hingga hilir. Penebar swadaya. Jakarta. 411 hal.


     

DOKUMENTASI
Description: G:\DCIM\Camera\IMG_20150520_105844.jpgDescription: G:\DCIM\Camera\IMG_20150520_105855.jpg
            Gambar:
Description: G:\DCIM\Camera\IMG_20150520_110504.jpgDescription: G:\DCIM\Camera\IMG_20150520_110758.jpg
Gambar:





Description: G:\DCIM\Camera\IMG_20150520_111252.jpgDescription: G:\DCIM\Camera\IMG_20150520_111327.jpg
Gambar:
Description: G:\DCIM\Camera\IMG_20150520_111415.jpgDescription: G:\DCIM\Camera\IMG_20150520_111421.jpg
Gambar:
Description: G:\DCIM\Camera\IMG_20150520_111738.jpgDescription: G:\DCIM\Camera\IMG_20150520_111932.jpg
Gambar:













DAFTAR PUSTAKA

Sastrosayono, S., 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Setyamidjaja, D. 2006. Budidaya Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta. 62 Hal.

Sunarko,  2008.  Petunjuk  Praktis  Budidaya  dan  Pengolahan  Kelapa  Sawit.Agromedia Pustaka, Jakarta.
                 
Setyamidjaja dan Djoehana. 1991. Budidaya Kelapa sawit. Kanisius. Yogyakarta

Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta. 410

Zaman, F.F.S.B. 2006. Manajemen Pengendalian Hama dan penyakit pada Tanaman Belum Mengahasilkan di Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guinensis Jacq.) PT.
     


0 komentar:


By Animart