I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeis guineensis jack) merupakan salah satu jenis tanaman
perkebunan yang menduduki posisi terpenting di sektor pertanian, hal ini
dikarenakankelapa sawit mampu menghasilkan nilai ekonomi terbesar per hektarnya
jika dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak atau lemak lainya . Selain
itu kelapa sawit juga memiliki banyak manfaat yaitu sebagai bahan bakar
alternatif Biodisel, bahan pupuk kompos, bahan dasar industri lainnya seperti
industri kosmetik, industri makanan, dan sebagai obat.Prospek pasar bagi olahan
kelapa sawit cukup menjanjikan, karena permintaan dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan yang cukup besar, tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga di luar
negeri. Oleh sebab itu, sebagai negara tropis yang masih memiliki lahan yang
cukup luas, Indonesia berpeluang besar untuk mengembangkan perkebunan kelapa
sawit.
Di Indonesia,tanaman kelapa sawit banyak
dikebunkan oleh perusahaan-perusahaan besar,baik pemerintah maupun swasta.Bahkan
masyarakat pun banyak bertanam kelapa sawit.Hal ini menunjukkan bahwa tanaman
kelapa sawit sangat cocok tumbuh di Indonesia. Jika Indonesia ditargetkan untuk
menjadi negara penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia,tentunya
banyak orang-orang yang mengelolanya,mulai dari pembibitan dan penanaman.
Kelapa Sawit merupakan komoditas yang
penting karena kebutuhan akan minyak goreng dan derivatnya di dalam negeri
terus meningkat sejalan dengan meningkatnya standar ekonomi masyarakat. Minyak
kelapa sawit merupakan sumber devisa negara yang sangat potensial karena tidak
semua negara dapat memproduksinya. Kelapa sawit hanya dapat tumbuh dan
berproduksi dengan baik pada kawasan beriklim tropis seperti di Indonesia dan
termasuk daerah Riau merupakan sangat potensial untuk tanaman kelapa sawit.
Dibukanya beberapa areal baru perkebunan kelapa sawit oleh Perusahan Perkebunan Swasta Nasional (PBSN),Perkebunan Negara,dan Perkebunan Rakyat,membawa imflikasi baru, mulai dari persediaan lahan,perbaikan infrastruktur,dampak lingkungan,sehingga penyediaan sumber daya manusia.Perkembangan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang pesat pada tahun 1969.
Dibukanya beberapa areal baru perkebunan kelapa sawit oleh Perusahan Perkebunan Swasta Nasional (PBSN),Perkebunan Negara,dan Perkebunan Rakyat,membawa imflikasi baru, mulai dari persediaan lahan,perbaikan infrastruktur,dampak lingkungan,sehingga penyediaan sumber daya manusia.Perkembangan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang pesat pada tahun 1969.
Pada saat itu luar areal perkebunan
kelapa sawit adalah 119.500 ha dengan totak produksi minyak mentah (CPO dan KPO
) 189.000 ton per tahun. Diperkirakan produksi minyak sawit Indonesia akan
mencapai 9,9 juta ton pada tahun 2005.
.
1.2 Tujuan
·
Untuk
mengetahui cara budidaya tanaman kelapa sawit dengan baik dan benar.
·
Untuk
mengetahui dan memahami syarat tumbuh dari kelapa sawit.
·
Untuk mengetahui
pengendalian hama pada kelapa sawit.
·
Untuk mengetahui proses
panen kelapa sawit.
·
Untuk mengetahui Syarat
tumbuh pada tanaman kelapa sawit.
II TINJAUAN
PUSTAKA
Tanaman
Kelapa sawit berakar serabut yang terdiri atas akar primer, skunder, tertier
dan kuartier. Akar-akar primer pada umumnya tumbuh ke bawah, sedangkan akar
skunder, tertier dan kuartier arah tumbuhnya mendatar dan ke bawah. Akar
kuartier berfungsi menyerap unsur hara dan air dari dalam tanah. Akar-akar
kelapa sawit banyak berkembang di lapisan tanah atas sampai kedalaman sekitar 1
meter dan semakin ke bawah semakin sedikit (Setyamidjaja, 2006).
Tanaman
kelapa sawit umumnya memiliki batang yang tidak bercabang.Pada pertumbuhan awal
setelah fase muda (seedling) terjadi pembentukan batang yang melebar
tanpa terjadi pemanjangan internodia (ruas). Titik tumbuh batang kelapa sawit
terletak di pucuk batang, terbenam di dalam tajuk daun. Di batang terdapat
pangkal pelepah-pelepah daun yang melekat kukuh (Sunarko,
2008).
Pertumbuhan awal daun berikutnya
akan membentuk sudut. Daun pupus yang tumbuh keluar masih melekat dengan daun
lainnya. Arah pertumbuhan daun pupus tegak lurus ke atas dan berwarna
kuning. Anak daun (leaf let) pada daun normal berjumlah 80-120 lembar
(Setyamidjaja, 2006).
Tanaman
kelapa sawit berumur tiga tahun sudah mulai dewasa dan mulai mengeluarkan bunga
jantan atau bunga betina. Bunga jantan berbentuk lonjong memanjang, sedangkan
bunga betina agak bulat. Tanaman kelapa sawit mengadakan penyerbukan bersilang
(cross pollination). Artinya bunga betina dari pohon yang
satu dibuahi oleh bunga jantan dari pohon yang lainnya dengan perantaan angin
dan atau serangga penyerbuk (Sunarko, 2008).
Tandan buah tumbuh di ketiak daun. Semakin tua
umur kelapa sawit, pertumbuhan daunnya semakin sedikit, sehingga buah terbentuk
semakin menurun. Hal ini disebabkan semakin tua umur tanaman, ukuran buah
kelapa sawit akan semakin besar. Kadar minyak yang dihasilkannya pun akan
semakin tinggi. Berat tandan buah kelapa sawit bervariasi, dari beberapa ons
hingga 30 kg (Setyamidjaja, 2006).
a.Syarat
Tumbuh tanaman kelapa sawit
Kelapa
sawit termasuk tanaman daerah tropis yang umumnya dapat tumbuh di daerah antara
120º Lintang Utara 120º Lintang Selatan. Curah hujan optimal yang dikehendaki
antara 2.000-2.500 mm per tahun dengan pembagian yang merata sepanjang tahun.
Lama penyinaran matahari yang optimum antara 5-7 jam per hari dan suhu optimum
berkisar 240-380C. Ketinggian di atas permukaan laut yang optimum berkisar
0-500 meter (Setyamidjaja, 2006).
Di daerah-daerah yang musim kemaraunya tegas
dan panjang, pertumbuhan vegetatif kelapa sawit dapat terhambat, yang pada
gilirannya akan berdampak negatif pada produksi buah. Suhu berpengaruh pada
produksi melalui pengaruhnya terhadap laju reaksi biokimia dan metabolisme
dalam tubuh tanaman. Sampai batas tertentu, suhu yang lebih tinggi menyebabkan
meningkatnya produksi buah. Suhu 200C disebut sebagai batas minimum bagi
pertumbuhan vegetatif dan suhu rata-rata tahunan sebesar 22-230C diperlukan
untuk berlangsungnya produksi buah (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005). Kelapa
sawit dapat tumbuh baik pada sejumlah besar jenis tanah di wilayah tropika.
Persyaratan mengenai jenis tanah tidak terlalu spesifik seperti persyaratan
faktor iklim.
Hal
yang perlu ditekankan adalah pentingnya jenis tanah untuk menjamin ketersediaan
air dan ketersediaan bahan organik dalam jumlah besar yang berkaitan dengan
jaminan ketersediaan air (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005).
Tanah yang sering mengalami genangan
air umumnya tidak disukai tanaman kelapa sawit karena akarnya membutuhkan
banyak oksigen. Drainase yang jelek bisa menghambat kelancaran penyerapan unsur
hara dan proses nitrifikasi akan terganggu, sehingga tanaman akan kekurangan
unsur nitrogen (N).Karena itu, drainase tanah yang akan dijadikan lokasi
perkebunan kelapa sawit harus baik dan lancar, sehingga ketika musim hujan
tidak tergenang (Sunarko, 2008).
Kelapa sawit yang tumbuh tegak lurus
dapat mencapai ketinggian 15 – 20 meter. Tanaman berumah satu (monoecious)
karena bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon.Bunga kelapa
sawit terdiri dari bunga jantan dan bunga betina. Bunga jantan memiliki bentuk
lancip dan panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar
(Setyamidjaja,.2006).
b.Bagian-bagian
morfologi beserta fungsinya
Akar tanaman kelapa sawit mempunyai
sistem perakaran serabut. Jika aerasi cukup baik, akar tanaman kelapa sawit
dapat menembus kedalaman 8 m di dalam tanah, sedangkan yang tumbuh ke samping
dapat mencapai radius 16 m (Sastrosayono, 2003).
Batang tanaman diselimuti bekas
pelepah hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun pelepah kelapa sawit yang
mengering akan terlepas sehingga menjadi mirip dengan tanaman
kelapa. Daun kelapa sawit merupakan daun majemuk yang di bagian pangkal
pelepah daun terbentuk dua baris duri yang sangat tajam dan keras di kedua
sisinya. Anak-anak daun (foliage leaflet) tersusun berbaris dua sampai ke ujung
daun. Buah kelapa sawit terdiri atas
beberapa bagian, yaitu eksokarp, perikarp, mesokarp,
endokarp, dan kernel. Mesokarp yang masak mengandung 45 – 50 % minyak dan
berwarna merah kuning karena mengandung karoten. Buah sawit mempunyai warna
bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit yang digunakan
(Sunarko, 2007).
Menurut Setyamidjaja(2006),untuk menghasilkan
bibit yang baik dan berkualitas seperti tersebut di atas, diperlukan pedoman
kerja yang dapat menjadi acuan, sekaligus kontrol selama pelaksanaan di
lapang.Untuk itu berikut ini disampaikan tahapan pembibitan, mulai dari
persiapan, pembibitan awal dan pembibitan utama.
Supaya areal tersebut dapat ditanami
Kelapa sawit maka areal tersebut harus bersih dari vegetasi atau semak belukar
yang akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman pokok. Sedangkan
untuk memudahkan dalam pengelolaan tanaman Kelapa sawit dibutuhkan suatu
perencanaan tata ruang kebun yang direncanakan pada saat pembukaan lahan dan
sebelum penanaman Kelapa sawit (Setyamidjaja,2003).
Untuk penanaman
bibit pindahan dari dederan dibutuhkan polybag yang lebih besar, berukuran 40
cm x 50 cm atau 45 cm x 60 cm (lay flat),tebal 0,11 mm dan diberi
lubang pada bagian bawahnya untuk drainase. Polybag diisi dengan tanah atas
yang telah diayak sebanyak 15 – 30 kg per polybag, disesuaikan dengan lamanya
bibit yang akan dipelihara (sebelum dipindahkan) di pesemaian bibit (Setyamidjaja,
2006).
Bibit dederan
ditanam sedemikian rupa sehingga leher akar berada pada permukaan tanah polybag
besar dan tanah sekitar bibit di padatkan agar bibit berdiri tegak. Bibit pada
polybag besar kemudian disusun di atas lahan yang telah diratakan, dibersihkan
dan diatur dengan hubungan sistem segitiga sama sisi dengan jarak misalnya 100
cm x 100 cm x 100 cm(Setyamidjaja, 2006).
Penyebab dari penyakit ini yaitu (Rhizoctonia lamellifera) dan(Phythium Sp). Bagian diserang
akar. Gejala dapat dilihat dari bibit di persemaian mati mendadak, tanaman
dewasa layu dan mati, terjadi pembusukan akar. Pengendalian dengan cara
pembuatan persemaian yang baik, pemberian air irigasi di musim kemarau,
penggunaan bibit berumur lebih dari 11 bulan (Zaman, 2006).
Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan
di Indonesia oleh pemerintah Belanda pada tahun 1848, saat itu ada 4 batang
bibit kelapa sawit yang dibawa dari Mamitius dan Amsterdam lalu ditanam di
kebun Raya Bogor.Pada tahun 1911, kelapa sawit mulai diusahakan dan
dibudidayakan secara komersial. Perintis usaha perkebunan kelapa sawit di
Indonesia adalah Adrien Hallet (orang Belgia). Bididaya yang dilakukannya
diikuti oleh K.Schadt yang menandai lahirnya perkebunan kelapa sawit di
Indonesia mulai berkembang. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai
Timur Sumatera (Deli) dan Aceh. Luas areal perkebunan mencapai 5.123 Ha
(Wiharni,1990).
Pada tahun 1919 mengekspor minyak
sawit sebesar 576 ton dan pada tahun 1923 mengekspor minyak inti sawit sebesar
850 ton. Pada masa pendudukan Belanda, perkebunan kelapa sawit maju pesat
sampai bisa menggeser dominasi ekspor Negara Afrika waktu itu. Memasuki masa
pendudukan Jepang, perkembangan kelapa sawit mengalami kemunduran. Lahan
perkebunan mengalami penyusutan sebesar 16% dari total luas lahan yang ada
sehingga produksi minyak sawitpun di Indonesia hanya mencapai 56.000 ton pada
tahun 1948 / 1949, pada hal pada tahun 1940 Indonesia mengekspor 250.000 ton
minyak sawit.Pada tahun 1957, setelah Belanda dan Jepang meninggalkan
Indonesia, pemerintah mengambil alih perkebunan (dengan alasan politik dan
keamanan). Untuk mengamankan jalannya produksi, pemerintah meletakkan perwira
militer di setiap jenjang manajemen perkebunan. Pemerintah juga membentuk BUMIL
(Buruh Militer) yang merupakan kerja sama antara buruh perkebunan dan militer.
Perubahan manajemen dalam perkebunan dan kondisi sosial politik serta keamanan
dalam negeri yang tidak kondusif, menyebabkan produksi kelapa sawit menurun dan
posisi Indonesia sebagai pemasok minyak sawit dunia terbesar tergeser oleh
Malaysia(Wiharni,1990).
Pada masa pemerintahan Orde Baru,
pembangunan perkebunan diarahkan dalam rangka menciptakan kesempatan kerja,
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan sektor penghasil devisa Negara.
Pemerintah terus mendorong pembukaan lahan baru untuk perkebunan. Sampai pada
tahun 1980, luas lahan mencapai 294.560 Ha dengan produksi CPO (Crude Palm Oil)
sebesar 721.172 ton. Sejak itu lahan perkebunan kelapa sawit Indonesia
berkembang pesat terutama perkebunan rakyat. Hal ini didukung oleh kebijakan
Pemerintah yang melaksanakan program Perusahaan Inti Rakyat Perkebunan
(PIR-BUN) (Wiharni,1990).
Kelapa sawit berbentuk pohon. Tingginya
dapat mencapai 24 meter.Akar serabut tanaman
kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping. Selain itu juga terdapat beberapa
akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk mendapatkan tambahan aerasi.Seperti
jenis palma lainnya, daunnya tersusun majemuk menyirip. Daun berwarna hijau
tua dan pelepah berwarna sedikit lebih muda. Penampilannya agak mirip dengan
tanaman salak, hanya saja
dengan duri yang tidak terlalu keras dan tajam. Batang tanaman diselimuti bekas
pelepah hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun pelapah yang mengering akan
terlepas sehingga penampilan menjadi mirip dengan kelapa(Wiharni,2001).
Bunga jantan
dan betina terpisah namun berada pada satu pohon (monoecious diclin) dan
memiliki waktu pematangan berbeda sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan
sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan panjang sementara bunga betina
terlihat lebih besar dan mekar.Tanaman sawit dengan tipe cangkang pisifera
bersifat female steril sehingga sangat jarang menghasilkan
tandan buah dan dalam produksi benih unggul digunakan sebagai tetua jantan
(Wiharni,2001).
III BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Pengamatan ini dilaksanakan di lahan
percobaan Universitas Islam Riau ,jalan Kaharuddin
Nasution No.113 Marpoyan kelurahan Simpang Tiga Kecamatan Bukit Raya ,Kota
Pekanbaru dan di Perusahaan Nusantara –V kebun Sei Galuh kec.Tapung ,kab.Kampar
pada tanggal 20 Mei 2015.
3.2 Pelaksanaan
Pratikum
Pratikum Agronomi
Tanaman Perkebunan I dilaksanakan dilahan percobaan universitas islam riau
,untuk menunjang pengetahuan praktikum maka pihak kampus dan dosen memberi
kegiatan pratikum tambahan yang dilaksanakan di Perusahaan Nusantara V kebun
sei Galuh ,kegiatan ini dilaksanakan lansung kelapangan dimana mengamati proses
pengairan limbah dan pengamati TBM (Tanaman Belum Menghasilkan) dan TSM
(Tanaman sudah Menghasilkan).
Kegiatan yang
dilakukan ialah untuk mengamati fungsi dari air limbah terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tanamann kelapa sawit yang sudah berumur ± 30 tahun.Tanaman kelapa
swait khususnya tanaman yang sudah sangat tua sangat efektif untuk pemberian
limbah ,karena unsur hara yang terdapat pada limbah sawit tersebut adalah N-P-K
sehingga dapat menunjang tanaman tersebut berproduksi 16 ton/ha/bln dengan
hanya mengandalkan limbah sawit tersebut tanpa pupuk padat.
IV PEMBAHASAN
4.1 Cara dan teknik budidaya tanaman kelapa
sawit
ü Persiapan Benih
Dalam persiapan benih
,benih memiliki 3 jenis benih yang unggul yaitu benih D (dedura),P (psipera)
dan T (tenera).Adapun jenis-jenis benih yang dipersiapkan degan baik ialah
benih yang sudah memiliki spesifikasi dari hasil riset seperti balai benih
unggul.Sedangkan ,yang dilakukan dilahan percobaan universitas islam riau
secara konvensional atau berupa pengikisan daging buah yang sudah matang
menggunakan pisau katter sehinngga tampak bersih cangkang dari daging
buah.Pembenihan ini membutuhkan 3 bulan untuk muncul radukula pada cangkang
tersebut.
ü
Pembibitan
Untuk proses pembibitan
kelapa sawit yang harus diperhatikan ialah pembukaan lahan,curah hujan dan
kelembapan.Dalam pembibitan ini lahan adalah hal yang sangat diperhatikan
,karena waktu proses perawatan seperti penyiraman ,penyiangan dan juga
pengangkutan untuk kelapangan lebih mudah.Karena itu juga pembiitan ini
didukung dengan polibeg sebagai wadah benih tumbuh hingga 8-12 bulan sebelum
kelapangan.Curah hujan sangat penting juga baik perusahaan dan petani yang akan
membuka pembibitan yang berkala besar sehingga tanaman dapat terpenuhi
khususnya air ,dengan intensitas curah hujan 1.200-3000 mm/tahun.
ü
Cahya
Matahari,Suhu dan karakteristik lahan
Dalam proses penanaman
kelapangan sawit sangat dibutuhkan penyinaran matahari selama 1- 7
jam/hari.Karena dengan cahaya matahari kelapa sawit cepat mengalami proses
perkembangan seperti terjadinya fotosintesis pada tanaman tersebut.Dan juga
kelapa sawit membutuhkan suhu antara 28 - 30ºC sepanjang hari karena kelembapan
adalah salah satu faktor yang menentukan ,tidak semua diindonesia bisa
memproduksi hasil kelapa sawit ini dikarenakan tanaman ini sangat banyak
karakteristik yang akan dipenuhi sebelum ditanamn seperti halnya lahan yang
baik yang banyak mengandung jenis bahan organik N.P.K.
ü
Persiapan
Lahan
Dalam persiapan lahan
yang harus diperhatikan ialah topografi pada daerah itu dikarenakan sewaktu penanaman haruslah antara pancang 1
dengan pancang yang lainnya harus sangat lurus atau menggunakan sistem pagar
,dan juga faktor tanah yang sangat menentukan hidup tidaknya tanaman kelapa
sawit ,karena didalam tanah harus sudah memiliki zat-zat renik yang dibutuhkan
tanaman kelapa sawit.Sewaktu pembukaan lahan ,lahan harus dapat dijangkau baik
untuk penanaman ,perawatan dan pemanenan.Jika dalam pembukaan lahan pertama
,atau lahan tersebut adalah lahan tidur maka hutang dan kayu yang menjulang tinggi
harus ditebang agar mempermudah ketika akan penanaman.
ü
Proses
penanaman
Sebelum penanaman
berlangsung maka yang harus dipersiapkan adalah tiang pancang untuk mengetahui
proses jarak tanam ,sehingga saat penanaman tidak ada yang memiliki jarak yang
berbeda antara 1 tanaman kelapa sawit dengan sawit yang lainnya.Adapun jarak
tanam kelapa sawit ialah 8 x 8 =144 tanaman/ha,untuk jarak 9 x 9 =121
tanaman/ha,dan juga untuk jarak tanaman 10 x 10 =100 tanaman/ha.Jika memang
dibutuhkan tanaman kacang-kacangan(mekuna) untuk proses kelembapan makan mekuna
akan ditanam terlbih dahulu sebelum proses tanaman kelapa sawit samapai
kelpangan.Didalam proses penanaman kelap sawit ini sangat banyak yang harus
diperhatikan antara lain ialah:
Kelembapan
tinggi :Apabila tanah basah atau tergenang air maka yang harus dilakukan ialah
,tetap menanam tanaman kelapa awit dengan catatan harus sedikit tinggi dari
daerah yang tergenang dengan cara membuat gundukan seperti kue bolu
disekitarnya/disekelilingnya sehingga tanaman tersebut terhindar dari
kelemabapan yang sangat tinggi.
Irigasi:Didalam
menanam kelapa sawit irigasi juga harus diperhatikan karena dengan adanya
irigasi maka air akan tertampung ,sehingga ketika hujan datang air tidak cepat
masuk kedalam tanah.Jika memang diperlukan tidak salah membuat atau menggunakan
parit diantara kelapa sawit.Irigasi ini juga mendukung bagi tanaman dilahan
kering atau pun juga dilahan gambut.
Pembuatan
lobang tanam:Sebelum tanaman kelapa sawit ditanam maka pembuatan lobang tanam sangat diperhatikan
,seperti sewaktu menanam tanaman kelapa sawit bonggol tanaman kelapa sawit
harus sepenuhnya tertanam itu dikarenakan agar tidak terjdinya kemiringan
terhadap tanaman tersebut yang akan disebabkan angin kencang.
Umur
tanam:Tanaman kelapa sawit dapat ditanam antara 8-12 bulan jika kondisi
lapangan jauh dari binatang pengerat yang membuat tanaman tersebut rusak atau
mati ,tetapi jika dilapangan banyak binatang perusak seperti babi,landak dan
gajah maka tanaman kelapa sawit ditanam kelapangan berumur 1,8 – 2 tahun
,karena dengan umur yang sudah sangat tua tanaman sedikit tahan tahan terhadap
binatang-binatang pengerat.
ü
Pengendalian
Gulma
Didalam proses pengendalian hama baik
petani maupun perusahaan harus sangat rutin untuk membersihkan lahan
perkebunannya agar produksi tandan kelapa sawit dapat berproduksi dengan
baik.Untuk proses pengendalian gulma ini maka ada 3 cara yang harus
dilaksanakan yaitu cara manual,kimia dan kultur teknis.Cara manual yaitu
membersihkan bagian sekitar tanaman menggunakan cangkul ,parang babat dan
sebagainya.Sedangkan dengan kimia menyemprotkan pestisida berupa roundaf
,gromopxon dan lain-lainya agar tanaman itu mati hingga keakarnya dan juga
merata.Kalau dengan cara kultur teknis yaitu menggunakan mesin rumput dalam
membersihkan lahan kelapa sawit dari gulma.
ü
Pengendalian
Hama
Tindakan petani dan
perusahaan untuk mengendalikan hama kelapa sawit ialah pembersihan gulma-gulma
yang kemungkinan disukai dan bahkan hama akan berkembang pada daerah tersebut
sehingga mengganggu produksi kelapa sawit.Pada era sekarang baik petani maupun
perusahaan mengendalikan hama dengan pestisida.
ü
Pemupukan
Pemupukan tanaman
kelapa sawit dilakukan minimal setahun sekali melihat kondisi lahan pada daerah
tersebut ,pemupukan mengikuti kondisi umur tanaman kelapa sawit
ü
Pemanenan
Pada umumnya tanaman kelapa sawit yang
tumbuh subur sudah dapat menghasilkan buah serta siap dipanen pertama pada umur
sekitar 3,5 tahun jika dihitung mulai dari penanaman biji kecambah di pembibitan.
Namun jika dihitung mulai penanaman di lapaangan maka tanaman berbuah dan siap
panen pada umur 2,5 tahun. Buah terbentuk setelah terjadi penyerbukan dan
pembuahan. Waktu yang diperlukan mulai dari penyerbukan sampai buah matang dan
siap panen kurang lebih 5-6 bulan.
DAFTAR PUSTAKA
Sastrosayono, S., 2003. Budidaya Kelapa Sawit.
Agromedia Pustaka, Jakarta.
Setyamidjaja, D. 2006. Budidaya Kelapa Sawit.
Kanisius. Yogyakarta. 62 Hal.
Sunarko, 2008. Petunjuk
Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit.Agromedia
Pustaka, Jakarta.
Setyamidjaja dan Djoehana. 1991. Budidaya Kelapa
sawit. Kanisius. Yogyakarta
Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar
Swadaya. Jakarta. 410
Zaman, F.F.S.B. 2006. Manajemen
Pengendalian Hama dan penyakit pada
Tanaman Belum Mengahasilkan di Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis
guinensis Jacq.)
Fauzi, Y., Y. E. Widyastuti,
I. Satyawibawa dan R. Hartono. 2004. Kelapa Sawit. Edisi Revisi.
Suwarto dan
Octavianty, Y. 2010. Budi Daya 12 Tanaman Perkebunan Unggulan. Jakarta: Penebar
Swadaya
Dinas Perkebunan Dati I Provinsi Sulawesi Tenggara.
1992. Budi Daya Kelapa Sawit. Jayapura: Balai Informasi Irian Jaya
Panca wardanu, Adha.2009.Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit.
Pahan. I. 2008. Kelapa
sawit: manajemen agribisnis dari hulu hingga hilir. Penebar swadaya.
Jakarta. 411 hal.
DOKUMENTASI
Gambar:
Gambar:
Gambar:
Gambar:
Gambar:
DAFTAR PUSTAKA
Sastrosayono, S., 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Setyamidjaja, D. 2006. Budidaya Kelapa Sawit.
Kanisius. Yogyakarta. 62 Hal.
Sunarko, 2008. Petunjuk
Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit.Agromedia
Pustaka, Jakarta.
Setyamidjaja dan Djoehana. 1991. Budidaya Kelapa
sawit. Kanisius. Yogyakarta
Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar
Swadaya. Jakarta. 410
Zaman, F.F.S.B. 2006. Manajemen
Pengendalian Hama dan penyakit pada
Tanaman Belum Mengahasilkan di Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis
guinensis Jacq.) PT.
0 komentar:
Posting Komentar